Sabtu, 08 Februari 2020

Septihan 1 RUMOR



SEPTIHAN 1 RUMOR
Copyright by Poppi Pertiwi





1. RUMOR
Akan selalu ada yang datang ke hidup kita.
Siap tidak siap. Mau tidak mau. Kita harus segera menerimanya
.”

Pagi-pagi sekali mereka sudah tiba di sekolah. Sebuah kejadian langka mengingat mereka sering datang terlambat. Murid-murid lelaki berbadan tegap berjaket hitam parasut memenuhi lorong utama. Suara gelak tawa pun mulai terdengar di antara barisan panjang mereka.

“Denger-denger kak Septian ngajuin syarat ke Kak Jihan. Kalau mau jadi pacarnya harus ranking satu dulu,” begitulah rumor beredar di sekolah mereka.

Dari mulut ke mulut. Hingga dilebih-lebihkan. Begitulah rumor bekerja.

“Berarti lo harus rangking satu juga tuh biar bisa jadi pacarnya!”

“Gila apa? Matematika aja gue masih ngitung pake tangan!”

“Rumornya makin banyak yang tau Sep,” bisik Jordan pada Septian.

“Biarin aja,” balas Septian cuek.

“Makanya Dik, belajar yang bener. Biar bisa jadi pacarnya Septian,” ujar Galaksi pada adik kelas mereka membuat kedua siswi itu terkejut dan tersipu.

“Emang bakal diterima Bang?”

“Enggak sih,” jawab Galaksi membuat cowok-cowok itu tertawa.

Sementara Septian tetap diam. Tidak mau mengatakan apa-apa.

Septian Aidan Nugroho. Cowok pendiam dan misterius yang merupakan anggota inti Ravispa. Pintar dan atlet basket. Ia juga anak karate yang menjadikannya idola para siswi di sekolahan. Sementara itu. Ravispa adalah nama perkumpulan di SMA Ganesha. Septian juga sosok yang populer di sekolah. Murid kesayangan guru-guru karena sering menuai prestasi ketimbang sensasi.

Akhirnya kedua siswi itu pamit dan pergi karena malu.

Ikan hiu makan ubi
I Love You bertubi-tubiiiiiiiii....”

“Woi! Sejak kapan hiu makan ubi-ubian Nyong?!” Bambang atau yang sering dipanggil Bams emosi di tempatnya.

“Lo kata Hiu vegetarian hahh?!”

Nyong tertawa geli. “Santai dong lo Bams. Gak usah ngegas. Abisnya pagi-pagi gini udah ributin si Asep aja. Ributin gue kapan?” tanya Nyong pada teman-temannya.

“Emang netizen lebih tau mana yang ganteng mana yang burik!”

Guntur, salah satu temannya tertawa ngakak! “Sirik aja lo Nyong!” katanya sambil tertawa pada cowok kribo itu.

“Bersyukur. Itu udah bagus lo lahir sempurna. Lahir di Ambon lagi! Ambon tuh kota eksotis! Lo tau kaga?”

“Cintailah Indonesia. Cintai tempat kelahiranmu,” ucap Galaksi.

“Iya-iya tiang (Saya) tau Bli (Bang) Guntur.” Nyong memang tidak fasih berbahasa Bali seperti Guntur yang asli penduduk sana namun mendengar Guntur yang sering berucap seperti itu Nyong jadi hafal meskipun bahasanya masih gado-gado. Sebuah bentuk ikatan silahturami toleransi yang masih dijaga anak-anak Ravispa hingga detik ini.

Lain halnya dengan Septian. Cowok itu lebih banyak diam sejak memasuki area lingkup Sekolah. Septian memang lebih dikenal dengan nama Asep di kalangan teman-temannya. Namun hanya yang paling dekatlah yang sering dan berani memanggilnya Asep. Selebihnya tetap memanggilnya Septian.

Nama itu tercetus dari Nyong yang salah sebut namanya dulu saat mereka kelas sepuluh. Asep pun kini menjadi panggilan pop teman-temannya untuk Septian. Emang dasar Nyong suka gitu. Nama orang udah bagus-bagus dikasih emaknya malah diganti jadi nama kampung!

Asep pula namanya!

“Mending lo sini Nyong. Ngepantun samping gue,” Jordan menarik Nyong dari belakang tubuh Septian menuju ke arahnya.

“Bantuin gue godain cewek,” Jordan lalu refleks bersiul melihat Mona yang baru saja datang.

“Wuuuiiidihhh! Mantap benul! Mulus banget Gan!”

“Ceweeekk piwiiiittt,” Nyong ikut bersiul sambil geleng-geleng kepala. Mona, salah satu diva Ravispa itu memang sangat cantik. Seperti oase di tengah-tengah gurun pasir.

“Mon ngedate yuk?” ujar Nyong.

“Diem lo pentol korek!” Galaksi, ketua Ravispa ikut berkomentar sambil mengulurkan tangan dan menarik kepala Nyong dengan sebelah tangannya agar Nyong mendekat padanya.

“Kaya kaga pernah liat cewek aja lo Nyong!”

“Ntar Guntur ngambek mampus gak ada yang ngaterin lo pulang,” ucap Oji.

“Ampun Bos! Ampun Ji! Kan kalau di sini ada Mona. Kalau di tempat lain ya beda lagi lah,” Nyong menyeringai sambil cengengesan.

“Cewek aja mata lo berdua. Lo juga Dan!” Galaksi bicara pada Jordan yang menyandang status playboy kelas berat di sekolahnya. “Sama aja kaya Nyong. Dasar para lelaki buaya!”

“Buaya-buaya gini temen lo Bos,” Jordan membela diri.

“Mending lo beli parfum dulu sana biar bau badan lo hilang Dan.” Bams nimbrung membuat Jordan terkekeh.

“Perlu gue beliin nih? Minta berapa lo? Satu? Dua? Tiga?!”

“Sombooongggg....” seloroh seluruh teman-temannya.

“Makanya kerja kaya gue.” Bams menyombongkan dirinya.

“Kan enak. Sekolah dapet. Kerja dapet. Duit juga dapet.”

“Gaya banget lo!” ucap Guntur.

Bams menepuk pundak Guntur. Merangkul temannya. “Dunia ini milik orang-orang tekun. Yang penting usaha bukan hasilnya.”

Ketujuh lelaki itu terhenti langkahnya yang diikuti oleh gerombolannya yang ada di belakang begitu melihat sebuah kerumunan berbentuk lingkaran di lorong sekolah. Ricuh. Sangat ricuh yang sedang terjadi di antara mereka.

Tampak Marcus dan Jihan sedang berdebat. Saling sindir, beradu argumen, dan dorong-mendorong. Di antara mereka juga tidak ada yang mau mengalah. Kejadian seru ini tidak akan pernah dilewati oleh mereka.

“Banci banget,” ucap Septian.

“Banget,” ujar Galaksi. “Masa beraninya sama cewek?”

“Samperin yuk! Seru tuh!” ujar Jordan.

“Marcus sama Jihan kenapa tuh?!” celetuk Guntur seru sambil berjinjit-jinjit memperhatikan Marcus dan Jihan yang semakin ribut di dalam kerumunan.

Buseettt! Marcus ngejambak Jihan?!” mata Guntur melotot memperhatikan Marcus dan Jihan yang sudah saling menyerang. Lelaki itu tidak peduli bahwa Jihan adalah seorang perempuan.

“Mulut lo tuh kurang ajar banget sih?” teriak Jihan di depan muka Marcus.

“Dasar cowok gak punya sopan santun!”

Marcus terkekeh sinis. “Kenapa lo marah? Ngerasa kalau Ibu lo itu penggoda?” tanya Marcus.

“OH YA?! PENGGODA?” tanya Jihan dengan tatapan benci. Septian yang melihat itu menajuh mendekati Jihan, meninggalkan teman-temannya yang sibuk menonton perdebatan seru itu hingga teman-temannya melihat Septian sudah berada di dekat Jihan.

“PAPA LO AJA YANG KEPINCUT SAMA MAMA GUE!”

“APA?! LO—BANGSAT!” Marcus mendekati Jihan hendak memukulnya namun Jihan ditarik mundur oleh seseorang. Kejadiannya secepat angin. Lalu kini sebuah bogem mentah mendarat di wajah Marcus sebelum ia berhasil menyakiti Jihan. Jihan terpaku dengan tubuh gemetar karena melihat Septian memukul Marcus.

“SEPTIAN!!!” teriak Jihan saat Marcus jatuh terperosok ke bawah lantai lorong.

Sekarang detak jantung Jihan seperti genderang perang yang dipukul semakin kencang. Membuat dadanya sakit karena apa yang dilihatnya.

“Banci lo beraninya sama cewek,” Septian melihat Marcus yang tak berdaya melawan karena Septian lebih kuat darinya. Seluruh orang diam, tidak berani memisahkan mereka. Keadaan langsung mencekam secepat kilat.

Galaksi dan Jordan saling pandang karena baru kali ini melihat Septian lepas kendali di sekolah. Selama bersekolah di SMA Ganesha. Bisa dibilang Septian tidak pernah cari ribut atau mau ikut campur urusan orang apalagi sampai saling pukul.

Dan lebih langkanya lagi. Semua ini karena gara-gara cewek!

“WOI ASEP WOOOOIIIII!!!!!” Bams berseru karena baru sadar. Bams lalu berlari diikuti oleh teman-temannya. Galaksi, Jordan, Guntur, Oji dan Nyong mengikuti dari belakang. Mereka langsung menyesak masuk ke dalam kerumunan.

“Pergi lo dari sini sebelum gue berubah pikiran!” Septian menarik kerah kemeja sekolah Marcus agar dekat dengan wajahnya.

Septian menatap matanya dengan tajam agar tidak berani macam-macam. Marcus yang kesakitan pun tidak berani melawan karena Septian adalah anak Ravispa. Jelas punya backing yang banyak.

“Pergi!” Septian mengeratkan pegangannya lalu menghempas kemeja cowok itu dan berdiri. Marcus berdiri. Tidak lagi dengan posisi tersungkur lalu pergi dengan muka merah karena malu. Ia pergi dari lorong sekolah seperti yang diinginkan Septian.

Jihan terapku. Kedua kakinya semakin lemas dan gemetar takut. Perempuan dengan jepit pita merah itu masih tetap kaku menyaksikan sendiri apa yang dilakukan Septian di depan matanya. Septian lalu mundur dan malah menjauhi Jihan. Bahkan Septian tidak menoleh apalagi mengobrol padanya.

Astaga bagaimana bisa Jihan tidak menyukai cowok ini?

Jihan yang kebingungan mengejarnya. “SEPTIAN!!”

Septian tidak berhenti namun ketika Jihan menarik jaketnya. Cowok itu berhenti dan menoleh.

Jihan tersenyum padanya. “Makasi.”

“Untuk apa?”

“Yang tadi,” ujar Jihan. Kedua matanya berbinar senang.

“Gak perlu. Gue ngelakuin itu untuk diri gue sendiri,” jawab Septian jutek dengan wajah datar sedingin es membuat kening Jihan mengerut dalam. Septian melepas tangan Jihan dari jaketnya lalu berjalan menjauh dari lorong dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana.

“WOI SEEPPPPP!! LO MAU KE MANA?!” teriak teman-temannya namun Septian tidak menghiraukannya.

****

Kantin sekolah benar-benar membeludak. Setelah bel istirahat berbunyi semua murid datang berbondong-bondong. Dipojokan kantin meja khusus itu milik inti Ravispa yang bisa diketahui seperti mereka:

 7 INTI RAVISPA:

1. Bermula dari Galaksi. Ketua geng Ravispa. Sosok paling pemberani di SMA Ganesha.

2. Lalu ada Jordan yang merupakan playboy sekaligus wakil dan juga tangan kanan Galaksi di Ravispa karena badannya besar.

3. Septian si pendiam, pintar dan misterius. Bagi Septian Ravispa adalah keluarga di sekolah.

4. Bambang atau nama populernya Bams yang merupakan sosok cowok berbadan besar yang sederhana dan juga setia.

5. Guntur cowok Bali yang genit dan jago futsal. Guntur juga pintar memikat hati perempuan dengan kata-katanya.

6. Oji cowok tinggi putih jago sepak takraw yang selalu bisa diandalkan di segala keadaan teman-temannya. Yang istimewa dari Oji adalah cowok itu punya cita-cita jadi presiden.

7. Dan terakhir ada Nyong. Cowok Ambon yang punya segudang pantun dan dangdut mengisi hari-hari mereka.

Buah semangka
Buah duren
Nyong tau
Nyong kerennnnnn....”

“Ngepantun buat ngepuji diri sendiri. Narsis lo.” Jordan melirik.

 “Suka-suka guelah! Pantun-pantun gue.”

“Lo mau dipantunin gue Dan?”

“Kaga! Emangnya gue homo apa?!”

“Nah Dan. Gue masih mending kalau lo jadi maho ketimbang playboy. Gak kasian apa sama gue dapet chat nyasar mulu kalau lo nyakitin banyak cewek?!” Bams mendengus.

“Mending lo jadi maho aja sana! Ikhlas gueeee! Ikhlas! RIDHO DENGAN SEPENUH HATI GUE!”

“Sekata-kata lo kalau ngomong!” Jordan menyenggol Bams membuat cowok itu hampir jatuh karena tenaga Jordan.

“Santai dong lo, Dan! Dah kaya cewek-cewek PMS aja.”

“Udah tau badan besar kaya gajah mainnya dorong-dorong. Untung gue gak jatuh.”

“SEPTIAAANNNNN!! TUNGGUIN DONGGGGSS!!” Jihan tertatih-tatih berlari mengikuti Septian dari belakang.

Yang Septian tahu cewek ini selalu gencar untuk mendapatkannya. Sejak dulu yang dilakukan Jihan adalah merecokinya namun Septian selalu menunjukkan sikap cuek agar Jihan pergi dengan sendirinya.

Namun bukannya pergi Jihan malah terus mengejar Septian. Bahkan sudah ditolak berkali-kali Jihan tetap saja mengikutinya. Kapan Jihan akan sadar bahwa Septian tidak suka padanya?

“Septian jangan duduk sama yang lain!”

Galaksi tertawa mendengarnya. “Pacar bukan tapi posesifnya minta ampun tuh cewek.”

“Udahlah Sep. Kasian si Jihan dari tadi ngejar-ngejar lo terus. Capek dia. Kasih minum kek,” ujar Guntur.

“Suruh duduk dululah di samping lo Sep. Tawarin makan. Ya gak Han?” goda Galaksi pada Jihan yang baru tiba di barisan para lelaki itu.

“Harusnya sih gitu.”

“Ngapain? Lo aja sana. Gue Ogah,” jawab Septian pendek. Wajahnya kesal setengah mati.

Bams tertawa, “Suruh dia duduklah Sep. Tadi pagi kan lo udah nolongin dia. Kasih Jihan bales kebaikan lo. Dia kan niat baik mau bilang makasi.”

Septian lalu berdiri, tidak suka kalau sudah teman-temannya mulai mendesak namun saat berbalik di depannya ada Jihan. Cewek itu memandangnya bingung.

“Minggir. Lupain aja yang tadi pagi.” Jihan terkejut karena ucapan Septian. Cowok itu malah menghindarinya.

“IH TAPI KAN—KOK GITU SSIIIIIH?!” Jihan menarik tangan Septian.

“Ya udah tapi ada syaratnya.”

“Apa?”

“Gue jadi pacar lo ya?”


“Pacaran aja sana sendiri.”

Septian memandangnya dengan wajah tidak suka lalu melepas tangan Jihan. Cewek ini harus diberi pelajaran biar berhenti berbuat seenaknya.

“Ayolah Septian.”

“Dalam mimpi lo.”

“Gue cuman mau ngajakin lo makan kok sekarang. Sumpah!”

“Kasian ya Jihan mana masih muda,” ujar Jordan.

Septian tidak lagi menghiraukannya. Ia meninggalkan Jihan. Jihan lalu berlari mengejarnya sampai ke pintu kantin.

“SEPTIAN! KAPAN SIH GUE DITERIMA?!”

“Kapan-kapan,” balas Septian judes.

“YA KAPAN-KAPANNYA KAPAN?!”
 
*****







Septihan | Prolog



SEPTIHAN By Poppi Pertiwi



PROLOG

“Hai, boleh ngomong sebentar?”

Murid laki-laki itu memandangnya datar.

“Ngomong aja.”

“Gue suka sama lo Septian. Lo mau gak jadi pacar gue?”

XII IPA 5 heboh dengan pernyataan cinta seorang siswi jurusan Bahasa di depan kelas mereka. Kepalanya merunduk menunggu jawaban seorang lelaki tinggi putih yang masih berdiri di depannya dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana abu-abunya. Laki-laki berwajah dingin, berambut hitam itu memandangnya dengan sorot tajam.

Jihan meneguk ludahnya. Marahkah cowok itu?

Atau malah senang? Jihan tidak tahu. Ekspresinya sulit dibaca.
“Lo nembak gue?” tanya Septian.

“Iya,” Jihan menjawab gugup.

“Kenapa?”

“Karena gue suka sama lo.”

“Tapi gue gak suka lo,” balas Septian.

Hancur. Jihan merasa dunianya runtuh saat itu juga.

“Jadi lo nolak gue?”

“Ya. Gue nolak lo.”

“Untuk kesekian kalinya,” lanjut Septian.

“Septian! Tapi kenapa?” Jihan menarik ujung seragam cowok berjakun itu yang keluar dari celana. Wajahnya memerah padam perpaduan antara rasa malu, sedih dan kecewa.

“Belajar dulu yang bener. Dapet peringkat satu baru bisa jadi pacar gue. Itu syaratnya.” Setelah mengatakannya Septian lalu benar-benar pergi meninggalkan Jihan yang masih terpaku.

Peringkat satu?

*****