SEPTIHAN By Poppi Pertiwi
PROLOG
“Hai,
boleh ngomong sebentar?”
Murid
laki-laki itu memandangnya datar.
“Ngomong
aja.”
“Gue
suka sama lo Septian. Lo mau gak jadi pacar gue?”
XII
IPA 5 heboh dengan pernyataan cinta seorang siswi jurusan Bahasa di depan kelas
mereka. Kepalanya merunduk menunggu jawaban seorang lelaki tinggi putih yang
masih berdiri di depannya dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana
abu-abunya. Laki-laki berwajah dingin, berambut hitam itu memandangnya dengan
sorot tajam.
Jihan
meneguk ludahnya. Marahkah cowok itu?
Atau
malah senang? Jihan tidak tahu. Ekspresinya sulit dibaca.
“Lo
nembak gue?” tanya Septian.
“Iya,”
Jihan menjawab gugup.
“Kenapa?”
“Karena
gue suka sama lo.”
“Tapi
gue gak suka lo,” balas Septian.
Hancur.
Jihan merasa dunianya runtuh saat itu juga.
“Jadi
lo nolak gue?”
“Ya.
Gue nolak lo.”
“Untuk
kesekian kalinya,” lanjut Septian.
“Septian!
Tapi kenapa?” Jihan menarik ujung seragam cowok berjakun itu yang keluar dari
celana. Wajahnya memerah padam perpaduan antara rasa malu, sedih dan kecewa.
“Belajar
dulu yang bener. Dapet peringkat satu baru bisa jadi pacar gue. Itu syaratnya.”
Setelah mengatakannya Septian lalu benar-benar pergi meninggalkan Jihan yang
masih terpaku.
Peringkat
satu?
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar