Sabtu, 08 Februari 2020

Harmony 1. Alden Nicholas Grahasa


1. Alden Nicholas Grahasa
Copyright by Poppi Pertiwi




Langit menapak senja. Sebentar lagi akan malam. Seorang anak laki-laki dengan kaus doplang dan kedua lengan berotot saat ini sibuk bermain di lapangan rumahnya dan memasukan bola basketnya ke dalam ring menggunakan tangan juga rumus Fisika di otaknya tadi.

"Orang gila mana yang mau nempatin rumah berhantu kaya gitu?" tanya Alden berhenti sambil menoleh dan mendribble bola basketnya.

Lalu ia melihat Flora turun. Alden terbelalak. Cewek itu?

****
Butuh waktu lama dari hari Senin menuju ke hari Minggu. Sementara hanya butuh waktu sebentar agar hari Minggu berubah menjadi hari Senin. Benar-benar tidak adil. Sekolah harus tepat waktu, tugas menumpuk, kerja kelompok terus, ulangan yang dipelajari apa yang keluar apa. Benar-benar belajar seperti robot.

"Dunia itu luas orangnya juga banyak tapi kenapa ya gue gak ketemu-ketemu sama jodoh gue?" tanya Flora merenung. Salah satu problematika cewek.

"Makanya cari. Jangan diem aja. Kalau nunggu jodoh jatuh dari langit juga gak bakal ketemu-ketemu," ujar Nora.

"Bukannya gak ketemu. Lo aja yang terlalu pemilih."

Flora tidak pernah mendapatkan orang tulus dengannya. Cantik, pintar di segala jenis mata pelajaran, juga daya tarik cowok-cowok adalah paket lengkap yang diinginkan oleh semua cewek. Tapi Flora tidak pernah mendapatkan cowok yang suka dengannya karena kepribadiannya. Semua cowok yang dekat dengannya hanya melihatnya dari segi fisik dan muka.

"Ra..." Flora menoleh. "Gimana kalau ternyata kita itu satu Bapak ya? Gimana kalau ternyata Bapak lo sama Bapak gue itu orang yang sama?" tanya Flora makin ngawur.

"Pala bapak kau!" balas Nora sambil makan keripik.

Suara yang membuat cowok-cowok berjengit mendengar percakapan tidak wajar antara Nora dan Flora itu.

"Ra lo pernah mikir gak sih kalau sebenernya kita tuh sesuatu yang disesuatukan oleh sesuatu?"

"Gila lo!! Sinting!! Enyah aja lo dari idup gue Flo!!" jawab Nora.

Oke baiklah mari kita kenalan dulu sama cewek-cewek ini:

Flora Aubie Hermawan. Cewek. Tapi kalau udah menyangkut tentang cheers dia bisa langsung semangat 45. Dia juga salah satu kandidat cewek paling pintar di sekolah. Dan jangan lupa kalau Flora ini super duper cantik. Saking cantiknya pernah ada gerombolan cowok nembak dia di waktu, tempat dan suasana yang sama. Dan semuanya ditolak hanya dengan satu kalimat saja, "Punya apa lo semua sampe berani nembak gue?"

Lain halnya Nora. Nora ini temannya. Cantik juga. Jago bela diri. Bisa dibilang cewek tomboy—yang cowok-cowok sekolah pada mikir seribu kali buat deketin Nora karena dulu mantan-mantannya habis kena jotos semua. Yang paling parah ada mantan pacarnya alias Dena yang ditemukan babak belur tak berdaya di pinggir jalan—habis kena tonjok Nora karena hampir berani nyipok bibir Nora.

"Udah napa berantemnya. Gue heran. Lo berdua padahal baru ketemu tapi sekalinya ketemu langsung berantem gini!" Nah yang satu ini namanya Vita.

Flora dulu tidak seperti ini. Dia nyaris gak punya temen kecuali Nora saat SMP karena dia merasa wajahnya kentang dan gak cakep. Tapi begitu SMA dan kenal dunia skinker. Dia mulai maskeran, pake ini dan itu hingga akhirnya Flora jadi cantik dengan rambut panjang berwarna cokelat kemerahan. Belum aja nih dia digibahin sama Kakel karena pake rok ketat ke sekolah.

"Alden sekolah di sini juga? Kok pas MOS gue gak liat ya?" tanya Nora.

"Mata lo kan bonar. Mana pernah liat cowok ganteng," ujar Vita.

Masalahnya... Flora juga tidak melihatnya. Dan Flora bodo amatlah. Yakali peduli.

Ini bukan cerita-cerita yang biasa kalian temuin di mana semua orang muji-muji pemeran utama cowok sambil berteriak histeris. Atau ala-ala cowok bad boy yang ketemu cewek polos. ENGGAK! INI BUKAN CERITA KAYA GITU! Camkan ya!

Tapi yah... Alden cakep sih. Hehe.

Bangun! Jangan halu mulu. Dia gak untuk kamu.

Alden itu sama kaya yang lainnya. Yang buat dia special karena Alden anak basket. Badannya tinggi dengan lengan berotot sedang. Kelompok Alden juga staterpack cowok-cowok SMA banget: Sepatu Vans, jam tangan hitam, baju sekolah keluar, kancing atasnya kebuka dikit, hoodie hitam atau putih beli di H&M dan terakhir motor gede yang suaranya bisa sampe ke belakang sekolah. Dan sering kalian temui di sekolah.

"Vita elap iler lo!" ujar Flora.

"SIAP!" cewek itu langsung mengelap mulutnya.

"Mereka kok liatin kita sih?" tanya Vita geer.

"Bukan liatin kita tapi liatin Flora," ujar Nora.

"Kok jadi gue sih? Emangnya gue ada salah apa?" tanya Flora.

"Karena lo cantik Flo," jawab Nora.

50% masalah hidup akan teratasi jika kamu cantik atau ganteng. Nyatanya baik saja tidak cukup kalau wajah enggak mendukung.

Terbukti dengan bantuan kata-kata pamungkas ini, "Untung cantik," kata cowok-cowok. Atau begini kata cewek-cewek, "Ganteng mah bebas." Begitulah beauty privilage bekerja. Kalau jelek? Boro-boro dibela.

"Flora anak cheerleader?" tanya Alden ketika datang.

"Iya gue. Kenapa?" jawab Flora terkesan dingin.

"Temuin gue nanti siang di lapangan. Ada yang mau gue omongin," kata Alden lalu cowok yang menyampirkan tasnya di punggung dengan satu tali di pundak kanannya dan pergi meninggalkan Flora begitu saja.

Itu maksudnya apa??

****

Jam istirahat baru saja tiba di SMA Cendana. Suara belnya terdengar dalam tiap kelas. Alden, Ben, Juven, Derrel dan Tigor memilih bermain basket di lapangan. Mereka ini bukan anak-anak basket. Hanya Alden yang anak basket. Sisanya beda-beda.

Kelima cowok ini sangat mencolok sejak masuk ke sekolah. Bahkan gerombolan anak kelas dua belas yang rata-rata laki-laki merasa terancam dengan adanya mereka. Alden yang pamornya paling tinggi di sekolah, Ben indigo, Juven murid teladan, Derrel dan Tigor yang playboy.

"Lo kenal Flora?" tanya Alden tiba-tiba.

"Siapa juga yang gak kenal Flora? Mannnnn! Dia itu turunan bidadari campur surga! Gue rasa semua cowok sini pada mau kenal sama dia," ujar Ben berlebihan.

"Tapi gue gak suka tuh. Gue gak suka dia cantik," ujar Alden pada Ben.

"Kenapa Den? Bukannya bagus kalau dia cantik?" ujar Derrel.

Alden hanya tersenyum misterius. "Iya bagus."

"Bilang aja lo gak mau kita-kita suka sama dia. Iyakan?" ujar Tigor.

"Iya emang," ujar Alden membuat ketiga cowok itu menoleh kaget. Kecuali Juven. Cowok itu tidak suka Flora. Bukan tidak suka dengan kehadirannya. Hanya saja Juven adalah cowok yang belum begitu mementingkan perempuan di hidupnya. Kecuali Ibunya.

"Kenapa?" tanya Derrel.

"Dia sukanya sama gue," ujar Alden membuat teman-temannya kebingungan.

****

"AAAAAAAAA! ADA KUNTILANAK DI KAMAR MANDI!!" teriak Ben lalu lari terbirit-birit menghampiri teman-temannya yang ada di koridor sekolah.

"KUNTILANAKNYA TERBANG WOYY!!" Ben semakin histeris.

"Ada apa sih lo Ben teriak-teriak?" tanya Alden.

"Itu! Ada kuntilanak di kamar mandi! Den... Den..." Ben mundur perlahan ketika Alden berhadapan dengannya.

"Apa?" tanya Alden galak.

"Doi suka sama lo Den!" ujar Ben.

PLAK!

Refleks Alden menampar Ben. Membuat wajah teman-temannya yang lain tambah pias.

"Kok lu nampar gue sih Den?!" ujar Ben tidak terima.

"Biar lo sadar!" ujar Alden. "Kadang-kadang gue heran Ben. Lo itu indigo beneran apa indigo gadungan sih?" tanya Alden memastikan keaslian Ben.

"Gue yang seharusnya heran sama lo! Gak cewek-cewek di sekolah ini. Gak hantu-hantu cewek di sini. Semuanya suka sama lo Den! Kan kasian cewek yang jadi pacar lo nanti. Bersaingnya gak sama asli aja. Tapi sama doi juga," balas Ben melirik takut pada yang berdiri di belakang Alden.

"Kegantengan sih lo Den," ujar Derrel.

"Kok gue geli-geli gimana gitu Rel denger lo ngomong ganteng ke Alden?" ujar Tigor.

"Kalau lo liat sesuatu lebih baik diem aja Ben. Lo bikin yang lainnya takut," ujar Juven dingin membuat Ben mengangguk. Tadi ia kelepasan.

"Gue mau cabut duluan," ujar Alden.

"Mau ke mana lo?" tanya Tigor.

"Nemuin cewek," ujar Alden. Teman-temannya menoleh penasaran. Setau mereka Alden tidak pernah meladeni cewek yang suka padanya.

****

Siang itu sesuai dengan apa yang diberitahu Alden. Flora datang ke lapangan sendiri. Tapi ia tidak melihat Alden di sana. Yang ada hanya Andre anak kelas X IPA 3 menyapanya. Dia adalah ketua kelas di kelas tersebut. Dulu ketika Flora—bisa dikatakan jelek mana ada yang menyapanya. Jangankan menyapa. Menoleh saja tidak untuknya.

"Flo ngapain di sini?" sapanya ramah.

"Nungguin orang," ujar Flora pada Andre. Cowok itu menatapnya lekat membuat Flora sedikit risi karenanya.

"Oh gitu, kalau gitu gue ke kelas ya," ujar Andre membuat Flora mengangguk.
Begitu ya jadi cantik? Disapa banyak orang. Dikenal banyak orang. Sangat menguntungkan.

"Flo," panggilan tersebut membuat Flora menoleh. Ia melihat Alden berdiri di belakangnya. Saat ini Flora tahu bahwa mimpi buruknya baru saja tiba.

Alden mengamati Flora. Keseluruhan. Bad girl. Begitulah kesan yang Alden dapat saat melihat Flora. Rambutnya tampak merah bila terkena sinar matahari. Eyeliner tebal menghiasi matanya. Rok pendek. Juga pakaian yang sangat ketat. Benar-benar bukan seperti Flora yang Alden pernah kenal.

"Kenapa lo berubah?" tanya Alden. Flora terdiam.

*****
AN: Hallo temen-temen! Gimana? Suka gak sama cerita ini?

Aku berusaha mati-matian agar cerita ini bisa dipublish dengan cepat berbarengan dengan cerita-ceritaku yang sebelahnya. Cerita ini dulu pernah hadir tapi aku ingin agar kalian semua bisa baca lagi versi barunya. Yang tentu lebih bagus bahasanya dari yang dulu. Semoga kalian tetep dukung, suka, share dan selalu setia semua cerita-ceritaku yaa<3

Spam next for next update? Jangan sider yaa

Spam up for next update?

And follow Instagram:
Aldengrahasa
Florahermawan
Poppipertiwi
Wattpadp

Kalian bisa temukan (Bot) Alden di LINE juga dengan ID: @572zupmm
botnya bisa kamu chat sama masuk grup juga kok

Add juga line info update BC Poppipertiwi: @xgv8109t yaa

Salam sayang, Poppi Pertiwi

Who excited for next chapter?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar