Kamis, 12 Maret 2020
Sabtu, 08 Februari 2020
Septihan 1 RUMOR
SEPTIHAN 1 RUMOR
Copyright by Poppi Pertiwi
1.
RUMOR
“Akan selalu
ada yang datang ke hidup kita.
Siap tidak siap. Mau tidak mau. Kita harus segera menerimanya.”
Siap tidak siap. Mau tidak mau. Kita harus segera menerimanya.”
Pagi-pagi
sekali mereka sudah tiba di sekolah. Sebuah kejadian langka mengingat mereka
sering datang terlambat. Murid-murid lelaki berbadan tegap berjaket hitam
parasut memenuhi lorong utama. Suara gelak tawa pun mulai terdengar di antara
barisan panjang mereka.
“Denger-denger
kak Septian ngajuin syarat ke Kak Jihan. Kalau mau jadi pacarnya harus ranking
satu dulu,” begitulah rumor beredar di sekolah mereka.
Dari
mulut ke mulut. Hingga dilebih-lebihkan. Begitulah
rumor bekerja.
“Berarti
lo harus rangking satu juga tuh biar bisa jadi pacarnya!”
“Gila
apa? Matematika aja gue masih ngitung pake tangan!”
“Rumornya
makin banyak yang tau Sep,” bisik Jordan pada Septian.
“Biarin
aja,” balas Septian cuek.
“Makanya
Dik, belajar yang bener. Biar bisa jadi pacarnya Septian,” ujar Galaksi pada
adik kelas mereka membuat kedua siswi itu terkejut dan tersipu.
“Emang
bakal diterima Bang?”
“Enggak
sih,” jawab Galaksi membuat cowok-cowok itu tertawa.
Sementara
Septian tetap diam. Tidak mau mengatakan apa-apa.
Septian
Aidan Nugroho. Cowok pendiam dan misterius yang merupakan anggota inti Ravispa.
Pintar dan atlet basket. Ia juga anak karate yang menjadikannya idola para
siswi di sekolahan. Sementara itu. Ravispa adalah nama perkumpulan di SMA
Ganesha. Septian juga sosok yang populer di sekolah. Murid kesayangan guru-guru
karena sering menuai prestasi ketimbang sensasi.
Akhirnya
kedua siswi itu pamit dan pergi karena malu.
“Ikan hiu makan ubi
I Love You bertubi-tubiiiiiiiii....”
I Love You bertubi-tubiiiiiiiii....”
“Woi!
Sejak kapan hiu makan ubi-ubian Nyong?!” Bambang atau yang sering dipanggil
Bams emosi di tempatnya.
“Lo
kata Hiu vegetarian hahh?!”
Nyong
tertawa geli. “Santai dong lo Bams. Gak usah ngegas. Abisnya pagi-pagi gini
udah ributin si Asep aja. Ributin gue kapan?” tanya Nyong pada teman-temannya.
“Emang
netizen lebih tau mana yang ganteng mana yang burik!”
Guntur,
salah satu temannya tertawa ngakak! “Sirik aja lo Nyong!” katanya sambil
tertawa pada cowok kribo itu.
“Bersyukur.
Itu udah bagus lo lahir sempurna. Lahir di Ambon lagi! Ambon tuh kota eksotis!
Lo tau kaga?”
“Cintailah
Indonesia. Cintai tempat kelahiranmu,” ucap Galaksi.
“Iya-iya
tiang (Saya) tau Bli (Bang) Guntur.” Nyong memang tidak fasih
berbahasa Bali seperti Guntur yang asli penduduk sana namun mendengar Guntur
yang sering berucap seperti itu Nyong jadi hafal meskipun bahasanya masih
gado-gado. Sebuah bentuk ikatan silahturami toleransi yang masih dijaga
anak-anak Ravispa hingga detik ini.
Lain
halnya dengan Septian. Cowok itu lebih banyak diam sejak memasuki area lingkup
Sekolah. Septian memang lebih dikenal dengan nama Asep di kalangan
teman-temannya. Namun hanya yang paling dekatlah yang sering dan berani memanggilnya
Asep. Selebihnya tetap memanggilnya Septian.
Nama
itu tercetus dari Nyong yang salah sebut namanya dulu saat mereka kelas
sepuluh. Asep pun kini menjadi panggilan pop teman-temannya untuk Septian.
Emang dasar Nyong suka gitu. Nama orang udah bagus-bagus dikasih emaknya malah
diganti jadi nama kampung!
Asep
pula namanya!
“Mending
lo sini Nyong. Ngepantun samping gue,” Jordan menarik Nyong dari belakang tubuh
Septian menuju ke arahnya.
“Bantuin
gue godain cewek,” Jordan lalu refleks bersiul melihat Mona yang baru saja
datang.
“Wuuuiiidihhh!
Mantap benul! Mulus banget Gan!”
“Ceweeekk
piwiiiittt,” Nyong ikut bersiul sambil geleng-geleng kepala. Mona, salah satu
diva Ravispa itu memang sangat cantik. Seperti oase di tengah-tengah gurun
pasir.
“Mon
ngedate yuk?” ujar Nyong.
“Diem
lo pentol korek!” Galaksi, ketua Ravispa ikut berkomentar sambil mengulurkan
tangan dan menarik kepala Nyong dengan sebelah tangannya agar Nyong mendekat
padanya.
“Kaya
kaga pernah liat cewek aja lo Nyong!”
“Ntar
Guntur ngambek mampus gak ada yang ngaterin lo pulang,” ucap Oji.
“Ampun
Bos! Ampun Ji! Kan kalau di sini ada Mona. Kalau di tempat lain ya beda lagi
lah,” Nyong menyeringai sambil cengengesan.
“Cewek
aja mata lo berdua. Lo juga Dan!” Galaksi bicara pada Jordan yang menyandang
status playboy kelas berat di sekolahnya. “Sama aja kaya Nyong. Dasar
para lelaki buaya!”
“Buaya-buaya
gini temen lo Bos,” Jordan membela diri.
“Mending
lo beli parfum dulu sana biar bau badan lo hilang Dan.” Bams nimbrung membuat
Jordan terkekeh.
“Perlu
gue beliin nih? Minta berapa lo? Satu? Dua? Tiga?!”
“Sombooongggg....”
seloroh seluruh teman-temannya.
“Makanya
kerja kaya gue.” Bams menyombongkan dirinya.
“Kan enak. Sekolah dapet. Kerja
dapet. Duit juga dapet.”
“Gaya
banget lo!” ucap Guntur.
Bams
menepuk pundak Guntur. Merangkul temannya. “Dunia ini milik orang-orang tekun.
Yang penting usaha bukan hasilnya.”
Ketujuh
lelaki itu terhenti langkahnya yang diikuti oleh gerombolannya yang ada di
belakang begitu melihat sebuah kerumunan berbentuk lingkaran di lorong sekolah.
Ricuh. Sangat ricuh yang sedang terjadi di antara mereka.
Tampak
Marcus dan Jihan sedang berdebat. Saling sindir, beradu argumen, dan
dorong-mendorong. Di antara mereka juga tidak ada yang mau mengalah. Kejadian
seru ini tidak akan pernah dilewati oleh mereka.
“Banci
banget,” ucap Septian.
“Banget,”
ujar Galaksi. “Masa beraninya sama cewek?”
“Samperin
yuk! Seru tuh!” ujar Jordan.
“Marcus
sama Jihan kenapa tuh?!” celetuk Guntur seru sambil berjinjit-jinjit
memperhatikan Marcus dan Jihan yang semakin ribut di dalam kerumunan.
“Buseettt! Marcus ngejambak Jihan?!” mata
Guntur melotot memperhatikan Marcus dan Jihan yang sudah saling menyerang.
Lelaki itu tidak peduli bahwa Jihan adalah seorang perempuan.
“Mulut
lo tuh kurang ajar banget sih?” teriak Jihan di depan muka Marcus.
“Dasar
cowok gak punya sopan santun!”
Marcus
terkekeh sinis. “Kenapa lo marah? Ngerasa kalau Ibu lo itu penggoda?” tanya
Marcus.
“OH
YA?! PENGGODA?” tanya Jihan dengan tatapan benci. Septian yang melihat itu
menajuh mendekati Jihan, meninggalkan teman-temannya yang sibuk menonton
perdebatan seru itu hingga teman-temannya melihat Septian sudah berada di dekat
Jihan.
“PAPA
LO AJA YANG KEPINCUT SAMA MAMA GUE!”
“APA?!
LO—BANGSAT!” Marcus mendekati Jihan hendak memukulnya namun Jihan ditarik
mundur oleh seseorang. Kejadiannya secepat angin. Lalu kini sebuah bogem mentah
mendarat di wajah Marcus sebelum ia berhasil menyakiti Jihan. Jihan terpaku
dengan tubuh gemetar karena melihat Septian memukul Marcus.
“SEPTIAN!!!”
teriak Jihan saat Marcus jatuh terperosok ke bawah lantai lorong.
Sekarang
detak jantung Jihan seperti genderang perang yang dipukul semakin kencang.
Membuat dadanya sakit karena apa yang dilihatnya.
“Banci
lo beraninya sama cewek,” Septian melihat Marcus yang tak berdaya melawan
karena Septian lebih kuat darinya. Seluruh orang diam, tidak berani memisahkan
mereka. Keadaan langsung mencekam secepat kilat.
Galaksi
dan Jordan saling pandang karena baru kali ini melihat Septian lepas kendali di
sekolah. Selama bersekolah di SMA Ganesha. Bisa dibilang Septian tidak pernah cari
ribut atau mau ikut campur urusan orang apalagi sampai saling pukul.
Dan
lebih langkanya lagi. Semua ini karena gara-gara cewek!
“WOI
ASEP WOOOOIIIII!!!!!” Bams berseru karena baru sadar. Bams lalu berlari diikuti
oleh teman-temannya. Galaksi, Jordan, Guntur, Oji dan Nyong mengikuti dari
belakang. Mereka langsung menyesak masuk ke dalam kerumunan.
“Pergi
lo dari sini sebelum gue berubah pikiran!” Septian menarik kerah kemeja sekolah
Marcus agar dekat dengan wajahnya.
Septian
menatap matanya dengan tajam agar tidak berani macam-macam. Marcus yang
kesakitan pun tidak berani melawan karena Septian adalah anak Ravispa. Jelas
punya backing yang banyak.
“Pergi!”
Septian mengeratkan pegangannya lalu menghempas kemeja cowok itu dan berdiri.
Marcus berdiri. Tidak lagi dengan posisi tersungkur lalu pergi dengan muka
merah karena malu. Ia pergi dari lorong sekolah seperti yang diinginkan
Septian.
Jihan
terapku. Kedua kakinya semakin lemas dan gemetar takut. Perempuan dengan jepit
pita merah itu masih tetap kaku menyaksikan sendiri apa yang dilakukan Septian
di depan matanya. Septian lalu mundur dan malah menjauhi Jihan. Bahkan Septian
tidak menoleh apalagi mengobrol padanya.
Astaga
bagaimana bisa Jihan tidak menyukai cowok ini?
Jihan
yang kebingungan mengejarnya. “SEPTIAN!!”
Septian
tidak berhenti namun ketika Jihan menarik jaketnya. Cowok itu berhenti dan
menoleh.
Jihan
tersenyum padanya. “Makasi.”
“Untuk
apa?”
“Yang
tadi,” ujar Jihan. Kedua matanya berbinar senang.
“Gak
perlu. Gue ngelakuin itu untuk diri gue sendiri,” jawab Septian jutek dengan
wajah datar sedingin es membuat kening Jihan mengerut dalam. Septian melepas
tangan Jihan dari jaketnya lalu berjalan menjauh dari lorong dengan kedua
tangan masuk ke dalam saku celana.
“WOI
SEEPPPPP!! LO MAU KE MANA?!” teriak teman-temannya namun Septian tidak
menghiraukannya.
****
Kantin
sekolah benar-benar membeludak. Setelah bel istirahat berbunyi semua murid
datang berbondong-bondong. Dipojokan kantin meja khusus itu milik inti Ravispa
yang bisa diketahui seperti mereka:
7
INTI RAVISPA:
1. Bermula dari Galaksi.
Ketua geng Ravispa. Sosok paling pemberani di SMA Ganesha.
2. Lalu ada Jordan yang
merupakan playboy sekaligus wakil dan juga tangan kanan Galaksi di
Ravispa karena badannya besar.
3. Septian si pendiam,
pintar dan misterius. Bagi Septian Ravispa adalah keluarga di sekolah.
4. Bambang atau nama
populernya Bams yang merupakan sosok cowok berbadan besar yang sederhana dan
juga setia.
5. Guntur cowok Bali yang
genit dan jago futsal. Guntur juga pintar memikat hati perempuan dengan
kata-katanya.
6. Oji cowok tinggi putih
jago sepak takraw yang selalu bisa diandalkan di segala keadaan teman-temannya.
Yang istimewa dari Oji adalah cowok itu punya cita-cita jadi presiden.
7. Dan terakhir ada
Nyong. Cowok Ambon yang punya segudang pantun dan dangdut mengisi hari-hari
mereka.
“Buah semangka
Buah duren
Nyong tau
Nyong kerennnnnn....”
Buah duren
Nyong tau
Nyong kerennnnnn....”
“Ngepantun
buat ngepuji diri sendiri. Narsis lo.” Jordan melirik.
“Suka-suka
guelah! Pantun-pantun gue.”
“Lo
mau dipantunin gue Dan?”
“Kaga!
Emangnya gue homo apa?!”
“Nah
Dan. Gue masih mending kalau lo jadi maho ketimbang playboy. Gak kasian
apa sama gue dapet chat nyasar mulu
kalau lo nyakitin banyak cewek?!” Bams mendengus.
“Mending
lo jadi maho aja sana! Ikhlas gueeee! Ikhlas! RIDHO DENGAN SEPENUH HATI GUE!”
“Sekata-kata
lo kalau ngomong!” Jordan menyenggol Bams membuat cowok itu hampir jatuh karena
tenaga Jordan.
“Santai
dong lo, Dan! Dah kaya cewek-cewek PMS aja.”
“Udah
tau badan besar kaya gajah mainnya dorong-dorong. Untung gue gak jatuh.”
“SEPTIAAANNNNN!!
TUNGGUIN DONGGGGSS!!” Jihan tertatih-tatih berlari mengikuti Septian dari
belakang.
Yang
Septian tahu cewek ini selalu gencar untuk mendapatkannya. Sejak dulu yang
dilakukan Jihan adalah merecokinya namun Septian selalu menunjukkan sikap cuek
agar Jihan pergi dengan sendirinya.
Namun
bukannya pergi Jihan malah terus mengejar Septian. Bahkan sudah ditolak
berkali-kali Jihan tetap saja mengikutinya. Kapan Jihan akan sadar bahwa
Septian tidak suka padanya?
“Septian
jangan duduk sama yang lain!”
Galaksi
tertawa mendengarnya. “Pacar bukan tapi posesifnya minta ampun tuh cewek.”
“Udahlah
Sep. Kasian si Jihan dari tadi ngejar-ngejar lo terus. Capek dia. Kasih minum
kek,” ujar Guntur.
“Suruh
duduk dululah di samping lo Sep. Tawarin makan. Ya gak Han?” goda Galaksi pada
Jihan yang baru tiba di barisan para lelaki itu.
“Harusnya
sih gitu.”
“Ngapain?
Lo aja sana. Gue Ogah,” jawab Septian pendek. Wajahnya kesal setengah mati.
Bams
tertawa, “Suruh dia duduklah Sep. Tadi pagi kan lo udah nolongin dia. Kasih Jihan
bales kebaikan lo. Dia kan niat baik mau bilang makasi.”
Septian
lalu berdiri, tidak suka kalau sudah teman-temannya mulai mendesak namun saat
berbalik di depannya ada Jihan. Cewek itu memandangnya bingung.
“Minggir.
Lupain aja yang tadi pagi.” Jihan terkejut karena ucapan Septian. Cowok itu
malah menghindarinya.
“IH
TAPI KAN—KOK GITU SSIIIIIH?!” Jihan menarik tangan Septian.
“Ya
udah tapi ada syaratnya.”
“Apa?”
“Gue
jadi pacar lo ya?”
“Pacaran
aja sana sendiri.”
Septian
memandangnya dengan wajah tidak suka lalu melepas tangan Jihan. Cewek ini harus
diberi pelajaran biar berhenti berbuat seenaknya.
“Ayolah
Septian.”
“Dalam
mimpi lo.”
“Gue
cuman mau ngajakin lo makan kok sekarang. Sumpah!”
“Kasian
ya Jihan mana masih muda,” ujar Jordan.
Septian
tidak lagi menghiraukannya. Ia meninggalkan Jihan. Jihan lalu berlari
mengejarnya sampai ke pintu kantin.
“SEPTIAN!
KAPAN SIH GUE DITERIMA?!”
“Kapan-kapan,”
balas Septian judes.
“YA
KAPAN-KAPANNYA KAPAN?!”
*****
Septihan | Prolog
SEPTIHAN By Poppi Pertiwi
PROLOG
“Hai,
boleh ngomong sebentar?”
Murid
laki-laki itu memandangnya datar.
“Ngomong
aja.”
“Gue
suka sama lo Septian. Lo mau gak jadi pacar gue?”
XII
IPA 5 heboh dengan pernyataan cinta seorang siswi jurusan Bahasa di depan kelas
mereka. Kepalanya merunduk menunggu jawaban seorang lelaki tinggi putih yang
masih berdiri di depannya dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana
abu-abunya. Laki-laki berwajah dingin, berambut hitam itu memandangnya dengan
sorot tajam.
Jihan
meneguk ludahnya. Marahkah cowok itu?
Atau
malah senang? Jihan tidak tahu. Ekspresinya sulit dibaca.
“Lo
nembak gue?” tanya Septian.
“Iya,”
Jihan menjawab gugup.
“Kenapa?”
“Karena
gue suka sama lo.”
“Tapi
gue gak suka lo,” balas Septian.
Hancur.
Jihan merasa dunianya runtuh saat itu juga.
“Jadi
lo nolak gue?”
“Ya.
Gue nolak lo.”
“Untuk
kesekian kalinya,” lanjut Septian.
“Septian!
Tapi kenapa?” Jihan menarik ujung seragam cowok berjakun itu yang keluar dari
celana. Wajahnya memerah padam perpaduan antara rasa malu, sedih dan kecewa.
“Belajar
dulu yang bener. Dapet peringkat satu baru bisa jadi pacar gue. Itu syaratnya.”
Setelah mengatakannya Septian lalu benar-benar pergi meninggalkan Jihan yang
masih terpaku.
Peringkat
satu?
*****
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Hai temen-temen di sini aku bakal ngasih beberapa info dan link untuk menuju ke font-font yang biasa dipake atau khusus banget untuk c...
-
SEPTIHAN 1 RUMOR Copyright by Poppi Pertiwi 1. RUMOR “ Akan selalu ada yang datang ke hidup kita. Siap tidak siap. M...
-
Harmony : Prolog Dari sekian banyak orang. Tidak ada yang seperti kamu — Alden Nicholas Grahasa Copyright by...